Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Salam Tempel Tradisi atau Budaya

Tradisi dan budaya salam tempel

Hari Raya Idul Fitri di Indonesia secara umum dilaksanakan dan sudah melekat pada kebiasaan dimasyaratak kita adalah silaturahmi dan saling memaafkan. Dalam salah satu kanal youtube NarasiTV KIyai Quraisyihab mengatakan: "Dengan puasa diharapkan dosa-dosa kita dengan Tuhan telah diampuninya, karena ada janji barang siapa puasa dengan tulus maka diampuninya dosa tetapi itu dosa-dosa dengan Tuhan, masih ada dosa-dosa dengan sesama manusia, karena Tuhan tidak akan memaafkan kalau kita tidak dimaafkan oleh orang yang terhadap dia kita bersalah maka bagaimana supaya kita kembali ke fitri, suci itu tanpa dari dosa, untuk mencapai kesucian itu keterbebasan dari dosa itu kita harus saling maaf memaafkan, jadi tidak beridulfitri seseorang jika tidak saling bermaaf maafan"

ini yang menjadi patokan seluruh umat muslim di Indonesia bahkan juga di Dunia untuk memaknai hari raya idulfitri ini dengan kehidmatan yang bermakna bagi tiap individunya.

Disisilain di Negri kita tercinta ternyata budaya Idulfitri tidak hanya sampai pada silaturahmi dan saling maaf dan memaafkan saja, tetapi ada satu tradisi dan budaya unik ketika silaturahmi, yaitu budaya salam tempel yang dilakukan ditengah kegiatan saling maaf dan memaafkan, tradisi ini entah dari mana dimulainya, tetapi disinyalir budaya ini diturunkan dari kebudayaan pengaruh bangsa Arab dan Tionghoa. Dosen Ilmu Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang (Unnes) Didi Purnomo mengatakan, pengaruh budaya salam tempel menghasilkan akulturasi di berbagai wilayah Indonesia. "Makanya di Betawi mengenal istilah 'nanggok'. Surabaya ada tradisi 'galak gampil', dan Minang ada 'manambang',"

Ada beberapa hal yang dapat diambil dari kegiatan salam tempel yang kita laksanakan baik sisi Positif dan negatifnya.

Sisi Positif salam tempel

  1. kita belajar untuk saling berbagi dengan sesama, dimulai dari ruang lingku terkecil yaitu keluarga dan sanak saudara ketika kegiatan silaturahmi di Idulfitri.
  2. Mengajarkan makna saling menghargai kepada saudara dan seksama walai baru pada tahap menghargai pada tahap saling berbagi.

Sisi Negatif salam tempel

  1. secara tidak sadar mengajarkan pada anak-anak kita untuk berharap dikasih oleh sanak dan saudara.
  2. secara tidak sadar mengajarkan anak-anak kita untuk mengemis.
  3. secara tidak sadar kita angkuh dengan kekayaan.

Upaya apa yang harus disikapi oleh orangtua

  1. Mengupayakan kalimat yang baik dalam bersilaturakhmi idulfitri, bahwa yang utama adalah meminta maaf dan memaafkan ketika kegiatansilaturahmi
  2. Ketika saling bersalaman, hidari kata-kata memohon amplov angpau atau salam tempel dari sanak dan saudara yang dikunjungi.
  3. Ketika kita juga berkenan memberikan angpau salam tempel, berikan dengan kata-kata menghargai dan hindari kata-kata mencemooh dengan menyebutkan nominal salam tempel.
  4. Untuk anak-anak usia remaja awal, ajari manajement keuangana supaya uang yang didapat terakomodir dengan baik dengan tujuan supaya tidak boros dan teralokasikan sesuai kebutuhan baku mereka anak-anak remaja.
  5. Untuk usia anak-anak hindari kata-kata uang disimpan oleh orangtua, cukup mengontrol apa yang mereka beli dan ajarkan mereka juga untuk memanfaatkan uang angpau kepada apa yang mereka butuhkan, bukan apa yang mereka inginkan.
  6. Ajarkan juga mereka untuk berbagi pada sesama
Pemberian salam tempel yang sudah menjadi budaya dan tradisi dikeluarga ini bisa dijadikan pembelajaran yang positif bagi anak-anak pada khususnya yaitu upaya dalam peningkatan ibadah mereka khususnya puasa pada tahun-tahun berikutnya. Kalaupun kita mau salahkan budaya dan tradisi yang sudah mulai dan terjadi juga tentunya kita tidak bijak juga menyikapinya, yang pasti tugas orangtua dapat menjadi orang yang pertamakali meluruskan makna-makna dari budaya tersebut pada hal-hal yang positif bagi anak-anak kita, seraya jadikan idulfitri ini menjadi selfhealing yang baik.

Post a Comment for "Salam Tempel Tradisi atau Budaya"